Monday, October 8, 2012

Balada Sholat di Tokyo

By Munif Chatib

“Pak Munif, kita sholat Dhuhur dan Asar di Masjid dar Al Arqam Asakusa Tokyo,” kata Bu Fauziyah, direktur pondok Diniyah Putri Padang Panjang. Tak sabar rasanya ingin tahu masjid di kota sehebat Tokyo. Ketika sampai, saya cukup kaget. Ternyata masjid itu sebuah ruko 5 lantai. Kami para laki-laki sholat di lantai 3. Sedangkan para wanita sholat di lantai 2. Lantai 1 dipergunakan untuk ruang kantor dan etalase. Kami sholat berjamaah dengan beberapa warga dari Pakistan. Namun betapa senangnya, ternyata ada orang Indonesia yang menyapa kami. Namanya Topan, asli Bandung. Wajahnya sangat teduh dan bersahaja. Masih muda lagi.

“Pak Munif, saya tinggal bersama keluarga di lantai 5. Saya yang menjaga dan merawat masjid ini,” cerita Topan.
“Lalu mas Topan aktivitasnya apa di Tokyo ini?” tanya saya.
“Saya ambil doktor jurusan nuklir di sini.”
Wow ... doktor jurusan nuklir. Lalu sempat beberapa menit kami berbincang-bincang di depan ruko masjid itu.
“Masjid semacam ini banyak sekitar 14 tersebar di berbagai tempat di kota Tokyo ini. Masjid utama yang besar adalah Masjid Tokyo,” cerita Topan.

Besoknya, kami harus meninggalkan Tokyo, menuju ke Haneda International Airport. Alangkah bahagianya kami sempat mampir ke masjid Tokyo yang diceritakan mas Topan, untuk sholat Magrib dan Isya. Ketika menginjakkan kaki di halaman masjidnya, saya terperangah. Indah sekali interiornya. Terus saya masuk ke dalamnya. Beberapa menit saya dibuatnya takjub. Saya ambil camera berusaha memotretnya. Lampu besar di tengah kubah yang indah. Kaligrafi khas Turki yang mempunyai unsur seni yang mengagumkan. Ternyata benar, Profesor Mina Hatori bilang kalau masjid ini dibangun oleh orang Turki, tepatnya keluarga raja Turki. Prof. Mina sendiri baru kali petama masuk dalam masjid Turki ini.

Saya sholat maghrib dan Isya, namun kekhusuan agak terganggu, sebab pada saat sholat, Prof Mina terus men-shooting saya dengan handy camnya.
“Maaf Pak Munif, saya ambil videonya pada saat sholat. Saya suka melihat orang Islam sholat. Maklum saya di Indonesia sering melakukan penelitian di pondak-pondok tradisonal,” cerita Prof. Mina.

Akhirnya kita berdua banyak berdiskusi tentang Islam. Sampai-sampai saya harus menjelaskan silsilah mulai dari nabi Adam sampai Ibrahim, dan membelah menjadi dua, Ishaq dan Ismail. Ishaq adalah kakek dari keturunan Yahudi dan Ismail kakek dari keturunan Arab.
“Jadi Yahudi dan Arab itu saudara satu bapak lain ibu?” tanya Prof. Mina. Saya mengangguk.
“Kok sampai sekarang mereka berantem terus ya?” Saya hanya geleng-geleng kepala tanda juga kebingungan.

Dari cerita Prof. Mina saya jadi tahu, ternyata masyarakat Jepang terbanyak penganut ajaran SINTO. Beliau bilang bahwa SINTO itu sebenarnya bukan agama. Jadi kebanyakan orang Jepang ini tidak beragama, hanya penganut SINTO, yang artinya JALAN TUHAN.
“Gimana sih ajaran SINTO itu Prof?” tanya saya penasaran.
“Pokoknya SELALU BERBUAT BAIK dan MENGHARGAI ORANG LAIN, itu intinya. Mereka cenderung ke Budha. Sebab menurut riwayatnya Budha itu orang baik,” jawabnya.

Kembali saya menarik nafas panjang. Pertama kali datang ke kota ini, Bu Fauziyah mengucapkan kepada saya “PAK MUNIF SELAMAT DATANG DI KOTANYA MANUSIA”. Saya membuktikan kalau kota ini benar-benar hebat. Tanpa sampah, bersih. Tanpa macet. Orangnya disiplin, dan lain-lain. Namun alangkah terkejutnya, mereka kebanyakan tidak beragama samawi. Mereka hanya percaya HARUS BERBUAT BAIK. Itu saja. Dalam hati saya tambah yakin pada agama saya, ISLAM. Jika ISLAM benar-benar diaplikasikan dengan benar, pastilah berakibat PENUH KEBAIKAN dan KEBERKAHAN. Saya tambah percaya ISLAM adalah agama yang manusiawi, bisa menjadi solusi dari segala masalah kehidupan. Sebab di dalamnya sangat penuh dengan jutaan hikmah kehidupan. ISLAM bukan agama yang seperti raja duduk di atas menara gading, jauh dari masalah-masalah sosial dan kemasyarakatan yang dihadapi umatnya. Saya hanya geleng-geleng kepala, masyarakat Jepang hanya mengaplikasikan satu baris saja ajaran Islam yaitu BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA, mereka menjadi komunitas masyarakat yang mempunyai kualitas hidup “duniawi” yang tinggi. Sedangkan ketika membaca berita tragedi di tanah air, pembunuhan, pengusiran, dan pembakaran mengatasnamakan agama, saya hanya mengelus-elus dada.

Terima kasih mas Topan dan keluarga. Semoga cepat selesai kuliah doktor nuklirnya, dan kembali membangun Indonesia. Terima kasih Prof. Mina. Diskusi satu jam tentang ISLAM dan SINTO bersama anda sangat menyenangkan.

Tokyo, 10 September 2012
http://www.facebook.com/groups/nextmunif/permalink/10150921844258039/

No comments:

Post a Comment